Bule ini bernama Al, warga negara New Zailand.
Kebetulan Ganang mengenalnya dari blog. Tiba di rumah kemarin sekitar pukul 5
pagi dari Bali dengan travel Cipaganti.
Ketika datang, bule itu mengundang
perhatian tetangga. Saat itu saya sedang mengantarkan Tuan Putri, ada kegiatan
Hari Guru di Gelora 10 November. Seperti biasa, anak-anak setiap hari Minggu
menjadi “bangsawan”. Bangsa sing tangine awan. Turun dari mobil travel, bule
itu langsung duduk di depan rumah, di luar pagar. Kontan para tetangga menjadi
ribut, ada yang memanggil Ganang, ada yang mengambilkan kursi. Tapi bule itu
malah berkata: “Jangan ribut, biarkan saya akan menunggu sampai Ganang keluar”.
Al singgah di Surabaya dalam rangka
perjalanannya berkeliling dunia. Perjalanan sudah dimulai dari Australia,
Timor, Lombok kemudian Bali. Semua perjalanan hanya dilakukan lewat darat (dan
laut). Tidak lama waktunya di Surabaya, hari ini jam 10 pagi dia akan
melanjutkan perjalanan dengan kapal ke Banjarmasin. Katanya akan dilanjutkan
lagi ke Palang Karaya, Kucing, Serawak, kemudian Balikpapan dan Makassar. Saya
tidak mengerti mengapa rutenya demikian. Tidak dituntaskan dulu di Indonesia,
kemudian ke negara lain.
Tadi ketika mengantar Tuan Putri ke sekolah,
sempat saya belikan kue. Ada tiga macam kue: onde-onde, perut ayam dan sosis
solo. Memang sengaja saya berikan supaya dia mengenal makanan khas Indonesia. Setelah
saya hidangkan di atas piring ternyata yang diambil adalah onde-onde. Diluar
dugaan saya, empat buah onde-onde langsung dilahapnya sekaligus. Katanya enak.
Padahal onde-onde juga kesukaan saya, tapi ledes tak tersisa.
Ada kenangan yang menarik dari si bule.
Tadi pagi, setelah dia melahap onde-onde kami berbincang-bincang di ruang tamu.
Tiba-tiba dia menunjuk ke pigura yang berupa kain songket, saya lupa dari mana
asalnya. Dia tahu itu adalah huruf Arab, kemudian meminta saya untuk
membacanya. Saya katakan, benar itu
tulisan Arab dan dikutip dari al Quran.
Tapi ini adalah tulisan seni yang disebut kaligrafi. Maaf saya tidak bisa
membaca tulisan itu. Memang tidak semua orang bisa membacanya. Berbeda dengan
huruf Arab yang umum seperti yang ada di Al Quran, banyak orang yang bisa membacanya.
Kebetulan ada al Quran. Saya buka dan
saya tunjukkan, “kalau yang ini banyak orang yang bisa membaca.” Diluar dugaan,
saya juga diminta membaca. Saya pilih satu ayat untuk saya baca. Katanya lagi,
“Kok tidak dilagukan seperti orang menyanyi”. Jawaban saya; “Saya tidak bisa
menyanyi, dan memang tidak semua orang bisa menyanyi. Jadi hanya saya baca
saja”. Rupanya dia cukup puas.
***
Perbincangan tadi, menyadarkan saya pribadi. Bahwa sudah
seharusnya setiap muslim mampu membaca al Quran. Bukan hanya mampu membaca
dengan benar. Tapi setiap muslim juga dituntut untuk mengamalkan dan
mengajarkan Al Quran. Saya menjadi malu. Bukan hanya malu kepada si bule. Tapi
sangat malu kepada Allah. Belum banyak yang mampu saya perbuat dari Al Quran.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba Mu. Terima
kasih ya Allah, Engkau telah mengirim bule kerumahku untuk menyampaikan hidayah
Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar