Selasa, 25 November 2014

BULE DATANG HIDAYAH KUDAPAT



Bule ini bernama Al, warga negara New Zailand. Kebetulan Ganang mengenalnya dari blog. Tiba di rumah kemarin sekitar pukul 5 pagi dari Bali dengan travel Cipaganti.

Ketika datang, bule itu mengundang perhatian tetangga. Saat itu saya sedang mengantarkan Tuan Putri, ada kegiatan Hari Guru di Gelora 10 November. Seperti biasa, anak-anak setiap hari Minggu menjadi “bangsawan”. Bangsa sing tangine awan. Turun dari mobil travel, bule itu langsung duduk di depan rumah, di luar pagar. Kontan para tetangga menjadi ribut, ada yang memanggil Ganang, ada yang mengambilkan kursi. Tapi bule itu malah berkata: “Jangan ribut, biarkan saya akan menunggu sampai Ganang keluar”.

Al singgah di Surabaya dalam rangka perjalanannya berkeliling dunia. Perjalanan sudah dimulai dari Australia, Timor, Lombok kemudian Bali. Semua perjalanan hanya dilakukan lewat darat (dan laut). Tidak lama waktunya di Surabaya, hari ini jam 10 pagi dia akan melanjutkan perjalanan dengan kapal ke Banjarmasin. Katanya akan dilanjutkan lagi ke Palang Karaya, Kucing, Serawak, kemudian Balikpapan dan Makassar. Saya tidak mengerti mengapa rutenya demikian. Tidak dituntaskan dulu di Indonesia, kemudian ke negara lain.

Tadi ketika mengantar Tuan Putri ke sekolah, sempat saya belikan kue. Ada tiga macam kue: onde-onde, perut ayam dan sosis solo. Memang sengaja saya berikan supaya dia mengenal makanan khas Indonesia. Setelah saya hidangkan di atas piring ternyata yang diambil adalah onde-onde. Diluar dugaan saya, empat buah onde-onde langsung dilahapnya sekaligus. Katanya enak. Padahal onde-onde juga kesukaan saya, tapi ledes tak tersisa.

Ada kenangan yang menarik dari si bule. Tadi pagi, setelah dia melahap onde-onde kami berbincang-bincang di ruang tamu. Tiba-tiba dia menunjuk ke pigura yang berupa kain songket, saya lupa dari mana asalnya. Dia tahu itu adalah huruf Arab, kemudian meminta saya untuk membacanya. Saya katakan,  benar itu tulisan Arab dan  dikutip dari al Quran. Tapi ini adalah tulisan seni yang disebut kaligrafi. Maaf saya tidak bisa membaca tulisan itu. Memang tidak semua orang bisa membacanya. Berbeda dengan huruf Arab yang umum seperti yang ada di Al Quran, banyak orang yang bisa membacanya.
Kebetulan ada al Quran. Saya buka dan saya tunjukkan, “kalau yang ini banyak orang yang bisa membaca.” Diluar dugaan, saya juga diminta membaca. Saya pilih satu ayat untuk saya baca. Katanya lagi, “Kok tidak dilagukan seperti orang menyanyi”. Jawaban saya; “Saya tidak bisa menyanyi, dan memang tidak semua orang bisa menyanyi. Jadi hanya saya baca saja”. Rupanya dia cukup puas.
***
Perbincangan  tadi, menyadarkan saya pribadi. Bahwa sudah seharusnya setiap muslim mampu membaca al Quran. Bukan hanya mampu membaca dengan benar. Tapi setiap muslim juga dituntut untuk mengamalkan dan mengajarkan Al Quran. Saya menjadi malu. Bukan hanya malu kepada si bule. Tapi sangat malu kepada Allah. Belum banyak yang mampu saya perbuat dari Al Quran.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba Mu. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengirim bule kerumahku untuk menyampaikan hidayah Mu.

Catatan: Sebenarnya catatan ini ingin sekali saya tulis dalam Bahasa Inggris, tapi saya kawatir, nanti akan berbeda makna. Maka saya putuskan untuk menulis dalam Bahasa Indonesia saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar