Selasa, 25 November 2014

BELAJAR KEPADA PEMULUNG



Sejak pensiun banyak perubahan berkaitan dengan kegiatan harian saya. Sebagai seorang pensiunan, tidak ada kegiatan yang secara rutin harus saya lakukan, kecuali mengantar dan menjemput Tuan Putri ke sekolah. Setelah itu bebas. Tidak ada kegiatan yang sifatnya wajib untuk saya lakukan secara rutin.
Setelah mengantar Tuan putri, kegiatan yang paling sering saya lakukan adalah membersihkan depan rumah (menyapu) mulai dari tembok sisi kiri, teras sampai ke  tempat mobil. Kemudian dilanjutkan dengan (ini yang paling menyenangkan) menyiram tanaman dan merawat secukupnya. Benar-benar ini adalah kegiatan yang menyenangkan. Sampai saya lupa waktu, tak terasa tiba-tiba sudah pukul 10. Kegiatan berikutnya (yang ini hanya kadang-kadang saya lakukan) adalah membersihkan mobil. Jadi setiap pagi kegiatan saya banyak di depan rumah.
Keberadaan saya yang cukup lama di depan rumah menjadi hafal kepada setiap orang yang sering lewat disitu. Hafal orangnya, siapa yang lewat dan hafal juga waktunya, kapan dia lewat. Dari kelompok penjual ada penjual sayur, penjual bubur, penjual roti, penjual kue, penjual jamu, penjual ayam dan penjual daging. Ada juga penjual ikan, penjaul yakult dan penjual sapu, tapi tidak rutin lewat tiap hari. Dari kelompok tukang, ada tukang kuras sumur, ada tukang rombeng dan nada tukang sol sepatu. Ada mobil antar jemput anak sekolah, ada mobil antar jemput karyawan. Ada karyawan yang berangkat bekerja dengan mengendari mobil, ada yang mengendarai sepeda motor. Ada warga yang mengantar putranya ke sekolah. Ada ibu-ibu muda yang menyuapi putranya sambil ngobrol ke tetangga. Ada lagi sebuah profesi yang setiap hari lewat di depan rumah saya, yaitu pemulung.
Pemulung adalah profesi yang pekerjaannya mengumpulkan barang-barang tidak terpakai yang sudah dibuang oleh pemiliknya. Tidak hanya barang bekas, karena kadang-kadang juga menemukan barang baru. Yang jelas barang itu sudah dibuang atau terbuang di tempat sampah. Jadi sudah tidak dipakai lagi. Selanjutnya barang-barang yang sudah terkumpul tadi dijualnya. Hasil penjualan inilah yang didapatkan sebagai penghasilan.
Diantara kelompok yang lewat di depan rumah, pemulunglah yang paling banyak jumlahnya. Waktunya juga paling awal. Sering kali saat saya pulang dari sholat jamaah subuh, berpapasan dengan pemulung yang sudah beroperasi.
Banyak hal menarik yang saya amati dari para pemulung ini. Antara lain, mereka sudah berangkat bekerja di pagi buta (semoga sudah sholat subuh). Mereka bekerja dengan semangat tinggi, pantang menyerah. Beberapa kali saya mengingatkan, bahwa sampahnya baru saja diambil (berarti semua bak sampah kosong) atau baru saja ada pemulung yang lewat (berarti telah mensortir dan mengambil barang-barang yang dapat diambil), tapi tetap saja mereka melaksanakan tugas rutinnya. Membuka tutup bak sampah  melongok ke dalamnya. Ini tetap dan terus dilakukan dari ujung timur sampai ujung barat.
***
Pelajaran yang dapat saya ambil dari kinerja para pemulung ini:
1.    Yakin, bahwa Allah akan memberi rezeki kepada hamba Nya yang mau berusaha. Bukan hanya berusaha, tapi harus berusaha dengan bekerja keras. Memulai pekerjaan seawal mungkin, sepagi mungkin. Walaupun ada informasi barang yang dicari sudah tidak ada, tetap dicoba barangkali sudah ada barang yang baru saja dibuang. 
2   Belajar tidak perlu memperhatikan siapa yang mengajarkan, tetapi lihatlah apa yang diajarkan. Tidak ada salahnya belajar kepada pemulung yang punya jiwa entrepreneur. Antara lain bekerja keras dan pantang menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar