Minggu, 26 April 2015

HARI KARTINI



Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 21 April. Bangsa Indonesia memperingati lahirnya Pelopor Emansipasi Perempuan. RA Kartini.
Hampir semua sekolah di kota Surabaya tidak mau ketinggalan ikut memperingatinya. Umumnya bentuk peringatan diwujudkan dengan mengenakan pakaian daerah. Banyak sekolah yang mewajibkan siswanya mengenakan busana daerah. Beberapa sekolah bahkan mengadakan lomba fashion, bagi siswanya.
Pagi hari siswa mengikuti upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Kartini, kemudian dilanjutkan dengan lomba. Praktis satu hari penuh pelajaran akan tidak terlaksana. Padahal akhir-akhir ini pelajaran sering terganggu (di SMP, pelaksanaan ujian praktek, try out UN sering megganggu proses belajar kelas VII dan VIII. Demikian juga di SMA).
Siswa yang  mengenakan busana daerah, apalagi lomba fashion ini akan menambah pengeluaran orang tua. Siswa harus membeli atau minimal meyewa pakaian, beberapa siswa yang ikut lomba fashion harus datang ke salon. Transportasi untuk datang ke sekolah juga harus disesuaikan.Ternyata banyak kerugian yang ditimbulkan oleh peringtan Hari Kartini yang konvensional ini.
Bukan saya tidak setuju dengan peringatan ini. Saya sangat mendukung. Dengan peringatan ini, minimal kita akan ingat bahwa ada perempuan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita. Akan lebih bijaksana apabila bentuk peringatannya tetap dalam koridor pendidikan dan tanpa menimbulkan banyak kerugian. Misalnya diadakan diskusi panel atau mengarang dengan tema “Emansipasi Wanita” atau “Peran Wanita dalam Pembangunan” dan lain-lain.