Sabtu, 18 Juli 2015

MENATA NIAT PUASA



          Hari ini tanggal 2 Syawal 1436 Hijriyah, berarti sudah dua hari kita ditinggalkan oleh bulan Romadhon yang suci dan mulia. Memang benar selama satu bulan penuh kita telah melaksanakan ibadah puasa. Tidak hanya puasa, ibadah-ibadah yang lain juga telah kita lakukan. Misalnya sholat taraweh, membaca al quran, sedekah, zakat, itikaf dan masih banyak lagi.
         Kita sangat bersemangat beribadah di bulan romadhon, karena memang Allah telah menjajikan banyak kemurahan di bulan romadhon. Pahala ibadah di bulan romadhon adalah berlipat banyak dibandingkan bulan yang lain. Manusia yang sifatnya ingin selalu mendapatkan yang enak, yang mudah dan yang cepat dengan semangatnya “berburu pahala” di bulan romadhon. Kita yakin Allah selalu dan pasti menepati janji-Nya.
        Persoalannya adalah, apakah ibadah tadi sudah kita lakukan dengan benar. Benar persyaratannya dan benar pelaksanaannya. Hanya ibadah yang benar saja yang akan mendapatkan ganjaran berupa pahala. Pahala itu baru kita terima nanti di akhirat. Luaaaaama bener.
      Selain menjajikan pahala, Allah mewajibkan manusia (yang beriman) untuk berpuasa agar beraqwa. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (Q 2; 183).
          Manusia yang bertaqwa cukup jelas indikatornya (Q 2; 2, 3 dan 4):
-          Beriman kepada yang gaib
-          Melaksanakan salat
-          Menginfakkan sebagian rezeki yang telah diterima
-          Beriman kepada Al Quran dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumya
-          Serta yakin adanya akhirat.
          Oleh karena itu, perlu kita tata ulang niat ibadah itu. Ibadah (puasa) bukan untuk berburu pahala, tetapi semata ingin menjadi hamba yang bertaqwa. Bila taqwa sudah kita miliki, insyaallah pahala tentu kita raih juga. Semoga dengan perginya bulan romadhon 1436, kita semua menjadi manusia yang bertaqwa dan masih dipertemukan dengan bulan romadhon tahun depan. Amin.

Minggu, 26 April 2015

HARI KARTINI



Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 21 April. Bangsa Indonesia memperingati lahirnya Pelopor Emansipasi Perempuan. RA Kartini.
Hampir semua sekolah di kota Surabaya tidak mau ketinggalan ikut memperingatinya. Umumnya bentuk peringatan diwujudkan dengan mengenakan pakaian daerah. Banyak sekolah yang mewajibkan siswanya mengenakan busana daerah. Beberapa sekolah bahkan mengadakan lomba fashion, bagi siswanya.
Pagi hari siswa mengikuti upacara bendera dalam rangka peringatan Hari Kartini, kemudian dilanjutkan dengan lomba. Praktis satu hari penuh pelajaran akan tidak terlaksana. Padahal akhir-akhir ini pelajaran sering terganggu (di SMP, pelaksanaan ujian praktek, try out UN sering megganggu proses belajar kelas VII dan VIII. Demikian juga di SMA).
Siswa yang  mengenakan busana daerah, apalagi lomba fashion ini akan menambah pengeluaran orang tua. Siswa harus membeli atau minimal meyewa pakaian, beberapa siswa yang ikut lomba fashion harus datang ke salon. Transportasi untuk datang ke sekolah juga harus disesuaikan.Ternyata banyak kerugian yang ditimbulkan oleh peringtan Hari Kartini yang konvensional ini.
Bukan saya tidak setuju dengan peringatan ini. Saya sangat mendukung. Dengan peringatan ini, minimal kita akan ingat bahwa ada perempuan Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita. Akan lebih bijaksana apabila bentuk peringatannya tetap dalam koridor pendidikan dan tanpa menimbulkan banyak kerugian. Misalnya diadakan diskusi panel atau mengarang dengan tema “Emansipasi Wanita” atau “Peran Wanita dalam Pembangunan” dan lain-lain.