Sejak pensiun banyak perubahan berkaitan
dengan kegiatan harian saya. Sebagai seorang pensiunan, tidak ada kegiatan yang
secara rutin harus saya lakukan, kecuali mengantar dan menjemput Tuan Putri ke
sekolah. Setelah itu bebas. Tidak ada kegiatan yang sifatnya wajib untuk saya
lakukan secara rutin.
Setelah mengantar Tuan putri, kegiatan yang
paling sering saya lakukan adalah membersihkan depan rumah (menyapu) mulai dari
tembok sisi kiri, teras sampai ke tempat
mobil. Kemudian dilanjutkan dengan (ini yang paling menyenangkan) menyiram
tanaman dan merawat secukupnya. Benar-benar ini adalah kegiatan yang
menyenangkan. Sampai saya lupa waktu, tak terasa tiba-tiba sudah pukul 10.
Kegiatan berikutnya (yang ini hanya kadang-kadang saya lakukan) adalah
membersihkan mobil. Jadi setiap pagi kegiatan saya banyak di depan rumah.
Keberadaan saya yang cukup lama di depan
rumah menjadi hafal kepada setiap orang yang sering lewat disitu. Hafal
orangnya, siapa yang lewat dan hafal juga waktunya, kapan dia lewat. Dari
kelompok penjual ada penjual sayur, penjual bubur, penjual roti, penjual kue,
penjual jamu, penjual ayam dan penjual daging. Ada juga penjual ikan, penjaul
yakult dan penjual sapu, tapi tidak rutin lewat tiap hari. Dari kelompok
tukang, ada tukang kuras sumur, ada tukang rombeng dan nada tukang sol sepatu.
Ada mobil antar jemput anak sekolah, ada mobil antar jemput karyawan. Ada
karyawan yang berangkat bekerja dengan mengendari mobil, ada yang mengendarai
sepeda motor. Ada warga yang mengantar putranya ke sekolah. Ada ibu-ibu muda
yang menyuapi putranya sambil ngobrol ke tetangga. Ada lagi sebuah profesi yang
setiap hari lewat di depan rumah saya, yaitu pemulung.
Pemulung adalah profesi yang pekerjaannya
mengumpulkan barang-barang tidak terpakai yang sudah dibuang oleh pemiliknya.
Tidak hanya barang bekas, karena kadang-kadang juga menemukan barang baru. Yang
jelas barang itu sudah dibuang atau terbuang di tempat sampah. Jadi sudah tidak
dipakai lagi. Selanjutnya barang-barang yang sudah terkumpul tadi dijualnya.
Hasil penjualan inilah yang didapatkan sebagai penghasilan.
Diantara kelompok yang lewat di depan
rumah, pemulunglah yang paling banyak jumlahnya. Waktunya juga paling awal.
Sering kali saat saya pulang dari sholat jamaah subuh, berpapasan dengan
pemulung yang sudah beroperasi.
Banyak hal menarik yang saya amati dari
para pemulung ini. Antara lain, mereka sudah berangkat bekerja di pagi buta
(semoga sudah sholat subuh). Mereka bekerja dengan semangat tinggi, pantang
menyerah. Beberapa kali saya mengingatkan, bahwa sampahnya baru saja diambil (berarti
semua bak sampah kosong) atau baru saja ada pemulung yang lewat (berarti telah
mensortir dan mengambil barang-barang yang dapat diambil), tapi tetap saja
mereka melaksanakan tugas rutinnya. Membuka tutup bak sampah melongok ke dalamnya. Ini tetap dan terus dilakukan
dari ujung timur sampai ujung barat.
***
Pelajaran yang dapat saya ambil dari
kinerja para pemulung ini:
1. Yakin, bahwa Allah akan memberi rezeki
kepada hamba Nya yang mau berusaha. Bukan hanya berusaha, tapi harus berusaha dengan
bekerja keras. Memulai pekerjaan seawal mungkin, sepagi mungkin. Walaupun ada
informasi barang yang dicari sudah tidak ada, tetap dicoba barangkali sudah ada
barang yang baru saja dibuang.
2 Belajar tidak perlu memperhatikan siapa yang
mengajarkan, tetapi lihatlah apa yang diajarkan. Tidak ada salahnya belajar kepada
pemulung yang punya jiwa entrepreneur. Antara lain bekerja keras dan pantang
menyerah.