Sesuai dengan nota tugas dari Kepala Bidang Dikmenum, mulai
tanggal 1 Februari 1987 saya harus mutasi dari SMPN 21 ke SMPN 19.
Mutasi ini menyadarkan saya. Ternyata Allah selalu memberi
yang terbaik kepada hambanya. Tapi manusia
tidak mengerti rencana Allah. Rencana yang tidak difahami ini seringkali dikira
menyusahkan atau hukuman.
Sang istri merasa kecewa berat dengan kepindahan saya ke SMPN
19. Suaminya yang semula sebagai wakil kepala sekolah, di tempat yang baru
harus menjadi guru biasa tanpa ada tambahan tugas.
Ternyata di SMPN 19, selesai mengajar saya bisa langsung
pulang. Bercengkerama dengan Ganang (Anugrah Ebtanto) yang waktu itu masih belum
berumur satu tahun. Hal itu tidak dapat saya lakukan waktu masih di SMPN 21.
Sebagai wakil kepala sekolah harus pulang sampai akhir pelajaran, walaupun sudah
tidak ada jam megajar.
Sebelumnya setiap pagi sampai siang Ganang hanya ditemani
oleh pembantu. Ayah dan ibunya sama-sama mengajar.
Inilah nikmat Allah yang tidak saya sadari.